Selasa, 10 Januari 2012

“Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah?” (7 Kiat Praktis Mendaptkan Penghasilan Tambahan)

Judul                 : “Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah?”
                           (7 Kiat Praktis Mendaptkan Penghasilan Tambahan)
Penulis              : L M. Hasyim Ashari
Penerbit            : Pinus Yogyakarta
Cetakan            : 1, 2007
Tebal buku        : 199 halaman 
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, begitulah pujian bagi seseorang yang mengabdikan hidupnya sebagai guru. Guru dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di setiap jenjang pendidikan. Dan tidak kalah pentingnya adalah mengarahkan anak didiknya menjadi manusia yang mempunyai knowledge, understanding, life skill dan tentunya values yang baik dalam hidupnya. Sungguh amat mulia tugas seorang guru dan tentunya butuh kerja keras dan tangggungjawab yang tinggi untuk mewujudkan semua cita-cita tersebut. Sehingga sangatlah tepat apabila Sartono menyebut guru dalam lagunya yang sangat populer dengan judul “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” bahwa guru diilustrasikan sebagai “pelita dalam kegelapan, laksana embun penyejuk dalam kehausan, patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa”.
Akan tetapi, semua hal di atas sangat bertolakbelakang dengan kesejahteraan hidup seorang yang berprofesi sebagai guru yang sungguh sangat memprihatinkan sekali. Apalagi bagi mereka yang hanya menggantungkan kebutuhan sehari-hari dari gaji sebagai seorang guru. Maka tidak salah apabila sebagian orang beranggapan “kalau pengen kaya jangan jadi guru, karena gajinya kecil, apalagi guru tidak tetap (GTT)”. Dengan semua kenyataan tersebut, maka terbentuk opini bahwa saat ini profesi guru menempati strata (tingkatan) yang rendah dibanding profesi lainnya, baik dilihat dari segi sosial, ekonomi, budaya, maupun kewibawaannya. Hal tersebut mungkin juga terjadi karena cerminan dari kebijakan negeri ini kurang perhatian pada pendidikan meskipun amanat UUD 1945 (amandemen) mengenai anggaran pendidikan di APBN 20% yang sampai sekarang belum terpenuhi. Bahkan sosok Iwan Fals pun sampai-sampai menulis sebuah lagu yang berjudul ”Balada guru Oemar Bakri” karena tidak tahan melihat nasib seorang guru. Dalam lagu tersebut menggambarkan seorang guru pegawai negeri sebagai sosok Oemar Bakri yang banyak berjasa mencerdaskan anak bangsa tetapi gajinya begitu kecil. Bahkan jauh dari rata-rata kebutuhan sehari-hari. Dengan melihat banyak kenyataan di atas, masyarakat kita sekarang memandang profesi guru adalah alternatif yang kesekian kalinya.
Memang sampai sekarang, nasib guru juga belum banyak berubah. Khususnya dari segi ekonominya. Bagi pegawai negeri memang cukup lumayan gaji yang diterimanya sejak  pemerintahan presiden Gus Dur, tetapi tidak demikian halnya bagi ratusan ribu Guru Tidak Tetap (GTT) baik negeri maupun swasta. Kecuali beberapa guru yang beruntung dapat mengajar di sekolah swasta yang mampu memberikan gaji di atas UMR karena memang murid-muridnya mayoritas dari kalangan menengah ke atas. Mungkin sebagian orang yang berprofesi sebagai guru hanya bisa mengeluh dan mencari kambing hitam atas masalah kesejahteraan hidup mereka yang tidak kunjung membaik tersebut. Tetapi kalau dipikir-pikir jika cuma mengeluh tapi tidak melakukan sesuatu maka masalah kesejahteraan hidup mereka tidak akan pernah berubah.
Dalam buku yang berjudul “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupanya Susah ?” (7 Kiat Praktis Mendapatkan Penghasilan Tambahan), yang ditulis oleh M. Hasyim Ashari ini, mencoba memberikan banyak inspirasi dan motivasi bagi seluruh guru untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tanpa harus selalu memimpikan adanya kenaikan gaji yang drastis yang dapat diterimanya, penulis mengajak para guru dapat mengoptimalkan potensi dan waktu yang dimiliki guru untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Bahkan bisa jadi jauh lebih besar dari gaji pokok sebagai guru di sekolah tanpa meninggalkan dedikasi dan profesionalisme sebagai seorang guru yang mampu mencerdaskan anak bangsa.
Selama ini kebanyakan buku-buku yang berhubungan dengan guru selalu membahas metode-metode mengajar atau perangkat mengajar saja. Sedangkan untuk bidang kesejahteraan hidup guru jarang sekali dibahas oleh para penulis dalam bukunya. Padahal kehidupan guru bukan hanya berhubungan dengan dunia pendidikan saja tetapi guru juga berhubungan dengan bidang sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Tetapi buku yang merupakan terbitan Pinus Yogyakarta ini di samping berisi  berbagai hal yang berhubungan dengan dunia guru yang ada di sekolah, juga berisi bidang kehidupan yang sering disentuh oleh para guru salahsatunya adalah bidang ekonomi atau kesejahteraan hidup. Oleh karena itu, buku yang berjudul “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupanya Susah ?” ini bisa disebut sebagai kado (hadiah) terindah bagi orang yang berprofesi sebagai guru.
Di mata masyarakat, guru terkesan hidupnya paling santai daripada profesi yang lain. salah satu contoh : hidup guru itu lebih ”santai” dari PNS lainnya. PNS umum bekerja dari jam 08.00 sampai jam 16.00 sedangkan guru mengajar  juga cuma setengah hari (18-24 jam per minggu) jadi bisa dibilang tersedia banyak hitungan libur. Seperti libur bulan Ramadhan, libur kenaikan kelas dll. Tetapi sebagian besar guru tidak memanfaatkan waktu luang tersebut dengan baik. Padahal bukankah guru seharusnya akrab dengan pengetahuan dan informasi sebagaimana tuntutan profesinya? Lalu, Mau dikemanakan waktu luang guru yang demikian banyak ? Mungkin buku karangan M. Hasyim Ashari ini dapat menjadi jawaban dan solusi atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Karena di samping berisi tentang beberapa contoh metode mengajar , buku ini juga berisi kiat-kiat praktis tentang :
·        Mengelola waktu luang menjadi produktif
·        Menjadi guru favorit dan powerfull
·        Menjadi guru privat yang laris manis
·        Menjadi pengajar (tentor) favorit di lembaga bimbingan belajar
·        Mengelola lembaga privat dan bimbingan belajar
·        Sukses jadi penulis buku dan penulis di media massa
·        Berani berwirausaha
Sehingga dengan adanya kiat-kiat tersebut sang penulis berharap dapat merubah pemikiran masyarakat khususnya orang yang berprofesi sebagai guru supaya tidak membuang waktu luang mereka dengan melakukan hal-hal yang kurang positif.
Di samping itu, buku setebal 199 halaman ini juga bisa dijadikan rujukan bacaan yang utama karena berisi banyak cara memantapkan diri dan menggapai kesejahteraan. Bahasanya juga sangat bersahabat dengan telinga kita dan tidak menampakkan bahasa-bahasa yang menggurui. Buku ini juga lahir dari kenyataan bahwa betapa mulianya tugas seorang guru dalam mendidikan anak penerus bangsa dimana guru dituntut memiliki komitmen yang kuat untuk selalu memajukan pendidikan di satu sisi. Di sisi lain guru juga diharapkan dapat mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa harus bergantung pada gaji yang diberikan oleh pemerintah atau lembaga sepenuhnya. Apalagi mengandai-andai anggaran pendidikan akan sesuai amanat UUD 1945 sebesar 20% dapat segera terealisasi. Tetapi bagi M. Hasyim Ashari ini hanya sebatas BBM (Baru Bisa Mimpi).
Tapi siapa bilang jadi guru hidupnya susah ? meskipun sang penulis tidak bilang kaya, karena kaya itu relatif tergantung siapa yang melihat. Sekarang saja banyak sekali guru yang hidupnya enak, punya mobil, rumah bagus, punya aset dan menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi. Semua itu terjadi karena mereka termasuk tipe guru yang mampu untuk hidup enak. Ada tiga tipe guru yang mampu untuk dapat hidup enak. Pertama, adalah mereka yang kreatif memanfaatkan potensinya. Karena memang seorang guru tentu memiliki potensi keilmuan yang jauh lebih tinggi dibandingan dengan kelompok masyarakat yang lain. Kedua, guru yang mampu mengelola waktu luangnya dengan aktivitas-aktivitas yang produktif. Terakhir, adalah mereka yang berani melakukan lompatan dalam hidupnya dengan berwirausaha. Seperti mendirikan lembaga bimbingan, kursus atau bahkan membuka usaha kecil (industri rumah tangga).
Kelebihan lain dari buku ini, selain penulisnya, M. Hasyim Ashari, sebagai guru pengajar di salah satu sekolah, juga memegang jabatan penting di salah satu bimbingan belajar terkemuka di Indonesia yaitu kepala cabang di Lembaga Pendidikan PRIMAGAMA Malang sekaligus berpengalaman menjadi guru privat dari rumah ke rumah sejak menjadi mahasiswa. Melalui bukunya ini, penulis juga berusaha memberikan gambaran untuk menjadi guru yang unggul. Dengan tujuh kiat praktisnya mendapatkan pengahasilan tambahan. Di tengah-tengah keresahan kesejahteraan yang banyak dialami oleh guru, buku ini setidaknya akan sedikit meringankan bagi mereka bahkan dapat menjadi jalan keluarnya tanpa harus menanggalkan pengabdiannya sebagai seorang guru. Dan dengan membaca buku ini semoga kita semakin bangga menjadi guru. Semoga Allah SWT meridhoi usaha kita yang berprofesi sebagai guru dalam mengemban dakwah memajukan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing setiap langkah-langkah kita dalam rangka membimbing dan mendidik siswa-siswi kita agar kelak mereka menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi diri, keluarga dan orang lain. Amin!! (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar